Aku duduk diam di pinggir kolam.
Tanganku menggenggam sebatang pensil baru yang belum dipakai sama sekali.
Sama seperti buku tulis yang ada di hadapanku kini.
Pemuda itu, kawanku, menghampiriku dan bertanya, "Apa enaknya menulis?"
Aku menjawabnya dengan senyuman.
"Menulis adalah pekerjaan paling tidak menghasilkan di dunia," ucapnya.
Itu bukan pertanyaan lagi, tapi pernyataan.
Aku bahagia mendengarnya, dan untuk pertama kalinya menggunakan pensil baruku untuk menulis.
Lama juga aku menulis, sampai kawanku terkantuk-kantuk.
Setelah selesai, aku memberikan buku tulis itu padanya--yang masih terlihat mengantuk, kemudian pergi dari pinggir kolam.
Sebelum benar-benar jauh, aku dapat melihat pemuda itu, kawanku, membacanya. Tulisanku.
"Bila yang kau maksud adalah materi dan popularitas, mungkin kau seharusnya menengok Joanne Kathleen Rowling, dan masih banyak nama lain.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan karyaku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan duniaku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan tokohku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan konflikku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan waktu dan tempatku sendiri.
Menulis membuatku berpikir bahwa aku bisa menciptakan apapun yang tidak bisa diciptakan di dunia nyata.
Menulis membuatku sadar bahwa masih ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Imajinasi salah satunya.
Kau tak bisa membeli imajinasiku.
Imajinasiku ini liar. Mampu berdiri sendiri.
Imajinasi ini bisa membawaku ke tempat-tempat yang sama sekali tak terpikirkan olehmu.
Imajinasi ini membuatku bisa membeli barang-barang yang tak terjamah olehmu.
Imajinasiku lebih kaya dari apapun yang ada di dunia ini.
Dan lebih bebas.
Lebih bebas dari burung-burung yang menguasai awan.
Lebih bebas dari ikan-ikan yang menguasai lautan.
Apa yang salah dengan menulis?
Menulis dapat membuatku selalu dikenang.
Tulisanku akan selalu ada--menghasilkan keabadian, meskipun aku telah tiada.
Yang lebih terpenting bagiku, dengan menulis, aku tak pernah miskin. Bahkan merasa pun tidak.
Aku akan selalu berbagi.
Tak terkecuali kepada orang sepertimu.
Sejelek dan seringkas apapun tulisanku, setidaknya ada sesuatu yang kuberikan pada orang lain.
Lebih baik daripada tidak sama sekali, bukan?
Pun pada detik ini, aku telah berbagi padamu, kawan.
Melalui tulisanku ini dan... oh, iya, buku tulisku juga. Anggap saja bonus.
Semoga dengan ini kau tak lagi terkantuk-kantuk di pinggir kolam.
Jadi, apakah kau masih berpikir bahwa menulis adalah pekerjaan paling tidak menghasilkan di dunia?"
Jakarta, 31 Oktober 2012.
Ketika langit membuat seisi kota tertidur.
Tanganku menggenggam sebatang pensil baru yang belum dipakai sama sekali.
Sama seperti buku tulis yang ada di hadapanku kini.
Pemuda itu, kawanku, menghampiriku dan bertanya, "Apa enaknya menulis?"
Aku menjawabnya dengan senyuman.
"Menulis adalah pekerjaan paling tidak menghasilkan di dunia," ucapnya.
Itu bukan pertanyaan lagi, tapi pernyataan.
Aku bahagia mendengarnya, dan untuk pertama kalinya menggunakan pensil baruku untuk menulis.
Lama juga aku menulis, sampai kawanku terkantuk-kantuk.
Setelah selesai, aku memberikan buku tulis itu padanya--yang masih terlihat mengantuk, kemudian pergi dari pinggir kolam.
Sebelum benar-benar jauh, aku dapat melihat pemuda itu, kawanku, membacanya. Tulisanku.
"Bila yang kau maksud adalah materi dan popularitas, mungkin kau seharusnya menengok Joanne Kathleen Rowling, dan masih banyak nama lain.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan karyaku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan duniaku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan tokohku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan konflikku sendiri.
Dengan menulis, aku bisa menghasilkan waktu dan tempatku sendiri.
Menulis membuatku berpikir bahwa aku bisa menciptakan apapun yang tidak bisa diciptakan di dunia nyata.
Menulis membuatku sadar bahwa masih ada hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Imajinasi salah satunya.
Kau tak bisa membeli imajinasiku.
Imajinasiku ini liar. Mampu berdiri sendiri.
Imajinasi ini bisa membawaku ke tempat-tempat yang sama sekali tak terpikirkan olehmu.
Imajinasi ini membuatku bisa membeli barang-barang yang tak terjamah olehmu.
Imajinasiku lebih kaya dari apapun yang ada di dunia ini.
Dan lebih bebas.
Lebih bebas dari burung-burung yang menguasai awan.
Lebih bebas dari ikan-ikan yang menguasai lautan.
Apa yang salah dengan menulis?
Menulis dapat membuatku selalu dikenang.
Tulisanku akan selalu ada--menghasilkan keabadian, meskipun aku telah tiada.
Yang lebih terpenting bagiku, dengan menulis, aku tak pernah miskin. Bahkan merasa pun tidak.
Aku akan selalu berbagi.
Tak terkecuali kepada orang sepertimu.
Sejelek dan seringkas apapun tulisanku, setidaknya ada sesuatu yang kuberikan pada orang lain.
Lebih baik daripada tidak sama sekali, bukan?
Pun pada detik ini, aku telah berbagi padamu, kawan.
Melalui tulisanku ini dan... oh, iya, buku tulisku juga. Anggap saja bonus.
Semoga dengan ini kau tak lagi terkantuk-kantuk di pinggir kolam.
Jadi, apakah kau masih berpikir bahwa menulis adalah pekerjaan paling tidak menghasilkan di dunia?"
Jakarta, 31 Oktober 2012.
Ketika langit membuat seisi kota tertidur.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentarnya