Minggu, 22 September 2013

A short monologue when I get bored


It’s Sunday! And I really, really bored. Why? I can’t go anywhere. I really, really wanna go with my family, but, well, there’s always something bothering everything. Wait—why in the world I use English in my blog? I think English isn’t that cool anymore. Basi. Let me tell you, pal. What’s cool right now is bahasa-bahasa intelek seperti konspirasi kemakmuran, statusiasi, dan kudeta kepentingan. You know, almost whenever I turn my television on, isinya kata-kata itu lagi, kata-kata itu lagi :’)

Okesip. Skip that moron.

I don’t wanna trashin’ my blog with that unimportant thing, even though this blog isn’t too important to read juga sih, haha. 

Tau gak, kalo gue ngeblog, gue ngerasa ada orang yang ngebaca blog gue. Gue juga nulis seolah-olah lagi ngomong sama temen. Padahal, mana mungkin ada yang baca blog yang sudah lapuk dan tak terurus ini :’) Apalagi sebenernya blog ini gue tulis buat konsumsi pribadi, bukan buat bahan bacaan masyarakat. Kenapa? Lo liat sendiri aja: isinya curhatan semua, terus isinya juga absurd. Gue malu, gue nggak bisa mengeluarkan kata-kata intelek such as twenty-nine my age dan labil ekonomi di blog gue :| Makanya, gue memutuskan untuk mengubah nama blog secara periodik. Supaya blog ini tidak ada yang menemukan. Bhuahaha. *ketawa jahat*

Tapi tenang, gue akan tetap ngeblog seolah-olah gue lagi cerita sama orang. Kenapa? Gue udah memutuskan, gue akan nulis apa aja di blog ini, mau gue lagi kesel, lagi frustasi, gue tulis semua di sini. Kesian banget kan hidup gue, curhat sama tuts-tuts keyboard berdebu dan laptop berukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dengan intel atom core i3 dan system operasi windows 7 bajakan. *merasa autis*

Gue janji, gue akan terus ngeblog. Gue merasa terinspirasi oleh salah seorang blogger (lagi) yang tulisannya bisa dijadiin buku. Jadi ceritanya, last…. Thursday (or Friday?) I went to the bookstore, alone. Yeah, alone. Well, it doesn’t matter. Setiap orang pasti  pernah punya that catharsis time--ketika ia merasa ingin sendirian, kan? Dan dalam perjalanan seorang diri itu, gue nemu suatu buku tentang high school for dummy gitu dan bukunya asik. Meskipun gue bukan anak SMA lagi, buku ini bener-bener bring back memories banget dan bikin gue kangen sama masa-masa SMA gue :”( Dan pas gue liat biodata, jreng-jreng, sang penulis tanggal lahirnya sama kayak gue! And when my kepo alert has just turned on, I stalked his twitter and I found out that he is still in high school! Hal itu bener-bener membuat gue semangat (dan agak sedih). Dia aja bisa ngeluarin buku tunggal sendiri, kenapa gue nggak bisa?! 

Well, I must admit that some guys really can make me envy. But sometimes I really, really envy if that guy was born in the same date as me, younger than me, and he just like—can achieve his goal easily, while, here I am sitting and got nothing. Sometimes, I really think that I would be happier if I were born as other person who smarter, richer, more prominent and more talented than me. But when I think about it once again, If I were born as not Riyan, I would have my life extremely turn upside down.  I would may be lose my family, and some of my friends. Even, maybe I would never know and met them. That things, really scared me. So I decided I woud rather not to be another Riyan, than lose all the people I love and my memories with them.

Well yeah, as I wrote on my bio on twitter. I’m still young, and I need to explore the world. Suatu hari nanti, gue juga akan punya buku tunggal sendiri. Buku dengan nama gue, atau nama pena gue, MR Andrianus, terpampang di cover depan buku itu dengan font seperti ini. Dan buku gue itu terpampang di toko-toko buku di seluruh Indonesia. Tapi gue gak mau bikin yang ecek-ecek. Dan kamu, ya kamu, bersama laptop ASUS A44H beserta tuts-tuts keyboard yang berdebu, akan menjadi saksinya. Ingat itu. Aamiin.




Who Reads